Minggu, 24 April 2011

Kampusku Sayang, Kampusku Malang

X: Waduh, sekarang sudah gede ya? kuliah dimana?
Y: STAN om.
X: Wah keren, jurusan apa emang?
Y: Pajak om.
X: Wah, penerusnya Gayus berarti nanti ya 
Y: Erggh..

Percakapan di atas adalah salah satu contoh yang sering saya dapatkan ketika orang - orang bertanya di mana saya kuliah. Ujung - ujungnya selalu dan selalu disangkutpautkan dengan yang namanya Gayus Tambunan. Yap, Gayus Tambunan, pegawai pajak golongan tiga yang sejak tahun 2010 kemarin selalu menghiasi layar kaca televisi. Bukan untuk bermain film, apalagi syuting sinetron stripping melainkan karena keterkaitannya dalam kasus mafia pajak di negeri ini.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Sepertinya peribahasa tersebut sangat cocok diungkapkan untuk kasus Gayus ini. Dari instansi tempat dia bekerja di Direktorat Jendral Pajak hingga kampus tempat menimba ilmunya terdahulu, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara semua kena getahnya tak terkecuali.

Percakapan di atas juga telah mendoktrin khalayak ramai dengan ucapan - ucapan miring yang mendeskreditkan kampus ini seakan kami ini dididik dan dilatih untuk menjadi cikal bakal dan siap dicetak untuk menjadi koruptor di masa kelak. Terkadang aku sampai berpikir bahwa aku salah jurusan karena masuk ke kampus ini serta menjadi bagian dari mahasiswanya. Andai saja aku memilih untuk melanjutkan kuliah ku di Jember dulu pasti tidak akan menjadi olokan orang - orang yang menganggap kampus STAN ini sarang calon koruptor, tapi nasi telah menjadi bubur toh mereka yang berpandangan negatif tentang STAN terutama pajak juga belum mengerti akan kebenaran yang sebenarnya.


Sekali lagi aku masih belum paham mengapa banyak sekali orang - orang yang berpandangan negatif tentang STAN. Hanya karena Gayus Tambunan kah? Banyak sekali di luar sana koruptor - koruptor yang berasal dari universitas - universitas lain yang terkemuka di Indonesia. Dan itu tidak pernah terekspos secara mendramatisir oleh para media, sedikit pun. Siapa yang tidak kenal Nurdin Halid ketua PSSI fenomenal yang sebelumnya pernah terjerat kasus korupsi pengadaan minyak goreng? Apakah sekolah beliau pernah diekspos? Siapa juga yang tidak kenal Widjanarko Puspoyo mantan kepala Bulog yang pernah terjerat kasus gratifikasi PT. Bulog? Apakah sekolah beliau juga diekspos secara mendramatisir? Jawabannya tidak, bahkan saya sendiri baru mengetahui biodata beliau selama ini setelah mencari di google, ini linknya:

Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara bukanlah kampus yang dibuat untuk mencetak calon - calon koruptor. Kampusku yang terletak di Bintaro, Tangsel ini mayoritas diisi oleh mahasiswa dari golongan kelas menengah ke bawah yang mencari pendidikan gratis tanpa biaya di tengah mahalnya bangku kuliah. Banyak juga mahasiswa kampus kami merupakan orang - orang desa yang berada di pedalaman di seluruh Indonesia dan bukan dari kalangan elit.

Kampus ini juga sangat menjunjung tinggi aspek religius. Tempat ibadah yang berada dekat dengan kampus selalu terisi penuh sewaktu ada peribadatan. Masjid - masjid pun sepertinya makmur dan tak pernah sepi sejak kumandang adzan Shubuh hingga Isya' menjelang. Kajian agama juga tak pernah ketinggalan diadakan secara rutin, semua itu digerakkan oleh mahasiswa - mahasiswa STAN. Jujur waktu pertama kali sholat jum'at di masjid dekat kampus sedikit shock karena sebelum adzan saja shaf di dalam masjid sudah penuh terisi sehingga harus membuat shaf sendiri di luar masjid dan sekarang saya seperti sudah terbiasa jika tidak mendapatkan shaf di dalam masjid karena penuhnya shaf tersebut.

Dalam segi akademis, kampusku berbeda dengan kampus - kampus yang lain. Tidak mudah untuk masuk ke kampus ini apalagi mempertahankannya. Bayangan DO dengan syarat - syaratnya yang ketat selalu terbayang di setiap semesternya dan membuat kami harus berjuang lebih keras untuk dapat bertahan serta lulus dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ini sehingga sedikit miris hati ini jika kami disebut khalayak untuk dipersiapkan menjadi calon - calon koruptor.

Tudingan miring akan berlalu sejalan dengan berjalannya waktu. Semoga namamu akan harum kelak wahai kampusku tersayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar