Jumat, 10 Juni 2011

Uang Uang dan Uang

Melihat pemberitaan di televisi tentang artis yang liburan ke luar negeri, politisi pun bisa melenggang ke luar negeri tanpa masalah dengan alasan studi banding. Mau kemana mana sepertinya tinggal berangkat, tak perlu memikirkan berapa uang yang dibutuhkan untuk itu semua. Terkadang iri juga melihat mereka - mereka yang banyak uang bisa keliling kemana saja tanpa bingung dengan uang yang ada, lah aku untuk pulang pergi Jakarta-Surabaya saja harus mikir lebih dari dua kali agar cukup dengan uang yang seadanya. 


Semua itu karena uang. Sangat benar pepatah lama yang berkata bahwa UANG bukanlah segalanya tapi segalanya membutuhkan UANG. Dengan uang yang bergelimang, mungkin memang mudah memenuhi semua kebutuhan yang ada atau  lebih tepatnya memenuhi semua keinginan. Tetapi bagaimana jika kekurangan uang? dapatkah semua keinginan kita terpenuhi? jawabannya adalah tidak, bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari saja mungkin tidak cukup.



Pernah saat itu di Stasiun Jatinegara naik seorang anak hitam, kelam, legam, dan bau. Yap sungguh bau, entah kapan terakhir kali anak itu bisa mandi. Anak itu membawa sapu yang gagangnya telah patah dan bersiap menyapu gerbong - gerbong kereta yang kotor. Setelah gerbong tersebut bersih, anak tersebut mengahampiri setiap penumpang kereta yang mulai sepi dan meminta upah atas apa yang telah dikerjakannya tadi. Lebih sering mendapat penolakan daripada uang yang rata - rata berupa recehan. Hanya demi recehan yang mungkin untuk makan saja tidak cukup.


Pernah juga saat di metro mini yang penuh sesak menuju Terminal Blok M, naik seorang anak perempuan kecil kira - kira berumur 7 tahun. Setelah naik, dia langsung duduk ngesot di metro mini sambil menengadahkan tangannya meminta uang pada penumpang metro mini. Entah ada orang lain yang memperhatikan apa cuman aku yang memperhatikannya sedari tadi, aku melihat dengan mata kepala sendiri anak itu naik dengan sigap tanpa cacat ke dalam metro mini dan langsung berpose ngesot layaknya orang cacat untuk meminta - minta. Bahkan anak kecil pun menipu demi mendapatkan sedikit uang agar bisa membeli makan. Yap, hanya demi uang yang tak seberapa jumlahnya.


Dua kejadian di atas membuatku langsung merasa 'deg'. Seakan diingatkan untuk bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan. Toh walaupun harus berpikir dua kali atau lebih juga masih mampu pulang pergi Jakarta-Surabaya dengan selamat.


Melihat ke atas sih boleh - boleh saja agar mempunyai motivasi seperti orang - orang sukses dan berhasil tetapi terkadang kita juga harus melihat orang - orang yang berada di bawah kita, bahwa masih banyak orang - orang yang tidak seberuntung kita hidupnya agar kita bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, agar kita tidak maruk dan tamak terhadap harta.
Bagaimanapun hidup kita, kita harus lah bersyukur kepada Tuhan. Bukankah Tuhan akan menambah nikmat kepada kita jika kita bersyukur?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar